Beranda | Artikel
Dzikir Setelah Shalat
Minggu, 28 Januari 2024

DZIKIR SETELAH SHALAT

Apabila seseorang telah selesai shalat fardhu dan salam, disunnahkan baginya membaca dzikir-dzikir dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, setiap orang yang shalat membacanya keras sendiri-sendiri, yaitu:

أَسْتَغْفِرُ الله، أَسْتَغْفِرُ الله، أَسْتَغْفِرُ الله

Kemudian membaca:

«اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلامُ، وَمِنْكَ السَّلامُ، تَبَارَكْتَ يَاذَا الجَلالِ وَالإكْرَام». أخرجه مسلم

Ya Allah Engkau-lah as salam, dan keselamatan hanya dari-Mu, Maha Suci Engkau wahai Dzat yang memiliki semua keagungan dan kemulian (HR Muslim)

لا إلَهَ إلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، اللَّهُمَّ لا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلا يَنْفَعُ ذَا الجَدِّ مِنْكَ الجَدُّ». متفق عليه. 

Tiada ilah yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Segala pujian dan kerajaan adalah milik Allah. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang mencegah apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang memberi apa yang Engkau cegah. Tidak berguna kekayaan dan kemuliaan (bagi pemiliknya). Dari Engkau-lah semua kekayaan dan kemuliaan (Muttafaq Alaih)

لا إلَهَ إلَّا الله وَحَدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، لا حَوْلَ وَلا قُوَّةَ إلَّا بِالله، لا إلَهَ إلَّا الله وَلا نَعْبُدُ إلَّا إيَّاهُ لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ الفَضْلُ وَلَهُ الثَّنَاءُ الحَسَنُ، لا إلَهَ إلَّا الله مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الكَافِرُونَ». أخرجه مسلم

Tiada ilah yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Segala pujian dan kerajaan adalah milik Allah. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah. Tiada ilah yang berhak disembah kecuali Allah. Kami tidak menyembah kecuali kepada-Nya. Semua nikmat, anugerah dan pujian yang baik adalah milik Allah. Tiada ilah yang berhak disembah kecuali Allah, dengan memurnikan ibadah hanya kepadaNya, sekalipun orang-orang kafir tidak menyukainya. (H.R Muslim)

Kemudian membaca apa yang diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَنْ سَبَّحَ الله فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاةٍ ثَلَاثاً وَثَلَاثِينَ، وَحَمِدَ الله ثَلَاثاً وَثَلَاثِينَ، وَكَبَّرَ الله ثَلَاثاً وَثَلَاثِينَ، فَتِلْكَ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ

Barangsiapa yang bertasbih setiap selesai shalat (33 kali), bertahmid (33 kali), bertakbir (33 kali), itu berjumlah 99 lalu melengkapi seratus dengan membaca:

 لا إلَهَ إلَّا الله، وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Tidak ada sembahan yang berhak disembah melainkan Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan pujian. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu

غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ البَحْرِ». أخرجه مسلم

maka diampuni dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di lautan.” (HR. Muslim)[1].

Atau membaca :

: سُبْحَانَ الله خَمْسَاً وَعِشْرِيْنَ مَرَّةً، وَالحَمْدُ للهِ خَمْسَاً وَعِشْرِيْنَ مَرَّةً، وَالله أَكْبَرُ خَمْسَاً وَعِشْرِيْنَ مَرَّةً، وَلا إلَهَ إلَّا الله خَمْسَاً وَعِشْرِيْنَ مَرَّةً». أخرجه الترمذي والنسائي

Subhanallah (25) kali, alhamdulillah (25)kali, allahu akbar (25) kali, laa ilaaha illallah (25) kali. (HR. Tirmidzi dan Nasa’i)[2].

Atau membaca apa yang diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda:

«مُعَقِّبَاتٌ لا يَخِيبُ قَائِلُهُنّ أَوْ فَاعِلُهُنّ دُبُرَ كُلِّ صَلاةٍ مَكْتُوبَةٍ، ثَلاثٌ وَثَلاثُوْنَ تَسْبِيحَةً، وَثَلاثٌ وَثَلاثُونَ تَحْمِيدَةً، وَأَرْبَعٌ وَثَلاثُونَ تَكْبِيرَةً». أخرجه مسلم

Kalimat-kalimat yang pembacanya tidak merugi setiap selesai shalat wajib adalah: tiga puluh tiga kali tasbih, tiga puluh tiga kali tahmid, dan tiga puluh empat takbir.” (HR. Muslim)[3].

Atau membaca apa yang diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya Beliau bersabda:

الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ يُسَبِّحُ أَحَدُكُمْ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ عَشْرًا وَيَحْمَدُ عَشْرًا وَيُكَبِّرُ عَشْرًا فَهِيَ خَمْسُونَ وَمِائَةٌ فِي اللِّسَانِ وَأَلْفٌ وَخَمْسُ مِائَةٍ فِي الْمِيزَانِ». أخرجه الترمذي والنسائي

Shalat lima waktu, salah seorang kalian bertasbih setiap selesai shalat sepuluh kali, membaca tahmid sepuluh kali, dan bertakbir sepuluh kali, ia berjumlah seratus lima puluh kali di lisan, dan seribu lima ratus dalam timbangan”.(HR. Tirmidzi dan Nasa’i)[4].

Sunnah menghitung tasbih dengan jari-jari tangannya.

عن يسيرة رضي الله عنها قالت: قال لنا رسول الله- صلى الله عليه وسلم-: «عَلَيْكُنَّ بِالتَّسْبِيحِ وَالتَّهْلِيلِ وَالتَّقْدِيسِ، وَاعْقِدْنَ بِالأَنَامِلِ، فَإنَّهُنَّ مَسْؤُولاتٌ مُسْتَنْطَقَاتٌ، وَلا تَغْفُلْنَ فَتَنْسَيْنَ الرَّحْمَةَ». أخرجه أبو داود والترمذي

Dari Yusrah Radhiyallahu anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada kami: “Hendaklah kalian bertasbih, bertahlil, dan taqdis, dan hitunglah dengan jari-jari, karena ia akan ditanya dan diminta bicara, dan jangan diabaikan sehingga ia lupa rahmat.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)[5].

قراءة المعوذتين دبر كل صلاة: {قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ} و{قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ}. أخرجه أبو داود والترمذي

Membaca mu’awwidzatain (surat Al-Falaq) dan (surat An-Naas) setiap selesai shalat. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)[6].

Membaca ayat kursi setiap selesai shalat, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَنْ قَرَأَ آيَةَ الكُرْسِيِّ دُبُرَ كُلِّ صَلاةٍ، لَمْ يَمْنَعْهُ مِنْ دُخُولِ الجَنَّةِ إلَّا أَنْ يَمُوتَ. أخرجه النسائي في الكبرى والطبراني

Barangsiapa yang membaca ayat kursi setiap selesai shalat, tidak ada yang mencegahnya masuk surga kecuali mati.” (HR. Nasa’i dan Thabrani)[7].

Ayat kursi:

آية الكرسي: اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ  [البقرة/255].

Yang dibaca setelah shalat Subuh dan Ashar.

عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال: قال رسول الله- صلى الله عليه وسلم-: «لأَنْ أَقْعُدَ مَعَ قَوْمٍ يَذْكُرُونَ الله تَعَالَى مِنْ صَلاةِ الغَدَاةِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ أَحَبُّ إلَيَّ مِنْ أَنْ أُعْتِقَ أَرْبَعَةً مِنْ وَلَدِ إَسْمَاعِيلَ، وَلأَنْ أَقْعُدَ مَعَ قَوْمٍ يَذْكُرُونَ الله مِنْ صَلاةِ العَصْرِ إلَى أَنْ تَغْرُبَ الشَّمْسُ أَحَبُّ إليَّ مِنْ أَنْ أُعْتِقَ أَرْبَعَةً». أخرجه أبو داود

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh aku duduk bersama suatu kaum yang berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari shalat Subuh hingga terbit matahari lebih aku sukai daripada memerdekakan empat orang dari keturunan Ismail, dan sungguh aku duduk bersama suatu kaum yang berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari shalat Asar hingga terbenam matahari lebih aku sukai daripada memerdekakan empat orang budak.” (HR. Abu Daud)[8].

عن جابر بن سمرة رضي الله عنه أن النبيَّ- صلى الله عليه وسلم- كَانَ إذَا صَلَّى الفَجْرَ جَلَسَ فِي مُصَلَّاهُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ حَسَنًا. أخرجه مسلم

Dari Jabir bin Samurah Radhiyallahu anhu berkata: “Bahwasanya apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai shalat Subuh, Beliau duduk di tempat shalatnya hingga terbit matahari.” (HR. Muslim)[9].

Tempat Dzikir dan Doa.

  1. Tidak disunnahkan dan disyari’atkan bahkan tidak ada asalnya untuk berdoa setelah shalat sunnah, maka barangsiapa yang ingin berdoa maka berdoalah sebelum salam ketika shalat wajib atau sunnah (nafilah), akan tetapi jika sesekali berdoa setelah shalat karena ada hal-hal tertentu maka hal itu insya Allah boleh.
  2. Semua dzikir yang telah dicontohkan untuk dibaca diakhir shalat jika bentuknya doa maka itu dibaca pada saat sebelum salam (ketika tahiyat), dan jika berbentuk zikir maka dibaca setelah salam.

[Disalin dari مختصر الفقه الإسلامي   (Ringkasan Fiqih Islam Bab : Ibadah العبادات ) Penulis : Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri  Penerjemah Team Indonesia islamhouse.com : Eko Haryanto Abu Ziyad dan Mohammad Latif Lc. Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah. IslamHouse.com 2012 – 1433]
_______
Footnote
[1] Shahih Muslim no (597)
[2] Sunan Tirmidzi no (3413), sunan Nasa’i (1351).
[3] Shahih Muslim no (596)
[4] Sunan Tirmidzi no (481), Sunan Nasa’i no (1348)
[5] Sunan Abu Daud no (1501), Sunan Tirmidzi no (3583)
[6] Sunan Abu Daud no (1523), Sunan Tirmidzi no (2903).
[7] Sunan Nasa’i no (9928), Mu’jam al kabir (8/114).
[8] Sunnan Abu Daud no (3667)
[9] Shahih Muslim no (670).


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/97313-dzikir-setelah-shalat.html